5 Jan 2014

Lentera Jiwa yang Menginspirasi



Hari ini adalah hari terakhir di sekolah kaca. Menurutku hari ini aku ngerasain yang namanya capek cari narasumber. Campur aduk perasaannya mulai dari capek keliling-keliling muter-muter, rasanya ditolak buat wawancara, tetapi tadi siang adalah salah satu pengalaman yang seru dan menyenangkan. Setelah aku dapat narasumber, aku wawancarai dia yang selanjutnya kutuliskan biografi tentang dirinya dalam waktu kurang dari satu jam. Aku berusaha agar apa yang kutulis itu menarik. Tak terasa satu jam berlalu begitu saja, akhirnya kami disuruh Mbak Niken naik ke aula lantai dua dan memulai acara presentasi hasil wawancara.
Sesi presentasi adalah sesi terlama dalam kegiatan hari ini. Sebenarnya aku mulai capek dan bosan mendengarkan presentasi yang dikatakan oleh temanku. Bukan bermaksud untuk tidak menghargai, tetapi apa mau dikata bila batin sudah lelah. Setelah lima jam berlalu, akhirnya sesi presentasi berakhir. Kami bersiap-siap untuk pulang kerumah masing-masing. Sebelum pulang kami diperlihatkan sebuah video klip lagu Lentera Jiwa dari Nugie.
Dalam video klip ini, terlihat orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda, baik pekerjaan maupun pendidikan. Dalam lagu ini, lirik-liriknya memberikan kesan kepada pendengar untuk selalu mengikuti passion-nya. Dalam video klip juga digambarkan bahwa banyak cara menuju sukses meskipun tidak sesuai dengan bidang yang kita tekuni.
Setelah aku mendengar keseluruhan isi lagu, aku merenungkan pesan yang dapat kuambil dari lagu ini. Manusia hidup dalam berbagai latar belakang yang berbeda dan kesuksesan seseorang tidak bergantung kepada apa yang ditekuni saat ini. Banyak jalan menuju sukses, tinggal bagaimana cara kita mencapai kesuksesan tersebut. Tak peduli bagaimana latar belakang orang tersebut, jika dia memiliki tekad dan usaha dalam mencapai apa yang diinginkannya, maka dia akan lebih mudah untuk mencapai kesuksesan. Meskipun satu jalan sudah tertutup, jika orang itu berani untuk bangkit dari kegagalannya dan mencari jalan lain untuk mencapai apa yang ingin dicapainya,  maka itulah orang yang nantinya akan menuju sukses.       


Muhajir, Pedagang yang Tak Kenal Lelah



Setiap orang yang hidup didunia memiliki ceritanya sendiri, begitu juga Bapak Muhajir. Dia adalah seorang pedagang kaki lima di daerah depan Gedung Pertamina DIY. Dia menjual makanan berupa bakwan kawi yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan demi bertahan hidup. Dia melakukan perjuangan hidup yang tidak semua orang bisa lakukan.
Pria kelahiran Kebumen 36 tahun yang lalu ini, merantau ke Yogyakarta untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan berdagang. Dia tidak memiliki pilihan lain dalam bekerja dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki sebagai lulusan sekolah dasar. Dia menikah dengan Sugiyem, istrinya dan dikaruniai dua putra. Anak pertama berumur 15 tahun dan anak kedua berumur 9 tahun.
Selain keterbatasan ilmu yang dimiliki, dia juga merasa kurang sesuai bekerja dirumahnya sendiri di Wonosari, yang semua kegiatan pertaniannya tergantung oleh musim sehingga sering terjadi ketidakjelasan pekerjaan jika musim kemarau tiba. Itulah yang menjadikan dasar baginya untuk merantau ke Yogyakarta dan kini tinggal di Kricak dan meninggalkan anak istri dirumah.
Hasil bersih berdagang bakwan kawi ini sehari-harinya sebesar Rp25.000,00. Untuk kehidupan sehari-harinya, memang penghasilannya tidak mencukupi sama sekali. Namun dia tetap berusaha dan bekerja demi anak istrinya dirumah. Saat dia sedang menjaga dagangannya, dia sering memandang sesuatu yang ada dijalan. Dari raut mukanya tampak seperti orang berfikir untuk mencari solusi dalam menghadapi permasalahan hidup yang dialami. Dia bekerja keras dan ikhlas dalam berdagang semata-mata ingin memberikan penghidupan kepada anak dan istri.  
Dia mulai berdagang dari tahun 1994 dan mengalami beberapa  kali bergonta-ganti barang dagangan hingga kini masih bertahan dengan berjualan bakwan kawi. Meskipun dia merantau ke Yogyakarta, dia selalu menyempatkan dirinya untuk pulang kerumahnya di Wonosari sekedar untuk memberikan hasil jerih payahnya kepada anak dan istrinya dirumah.
Dia berharap agar kehidupannya jadi lebih baik dengan terus bekerja meskipun modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima. Dia bercita-cita ingin menyekolahkan anak-anaknya sesuai kemampuan dan keinginan mereka. Semua itu dia lakukan dengan tujuan agar hidup anak-anaknya lebih baik dari kehidupannya.  
       

4 Jan 2014

Mahasiswa UGM Berhasil Melakukan Ekspedisi Internasional


Lima orang mahasiswa pecinta alam Universitas Gajah Mada telah berhasil menyelesaikan ekspedisi internasional dan mencatatkan diri sebagai orang Indonesia pertama yang memanjat Tebing Pussa Yan yang berada di Taman Nasional Gate to River, Ghuoi Zhou, China. Kegiatan ini merupakan rangkaian ekspedisi MAPAGAMA (sebutan mahasiswa pecinta alam UGM) dalam memperingati 40 tahun berdirinya organisasi.
“Kegiatan ini merupakan rangkaian ekspedisi yang kami lakukan dalam memperingati hari jadi MAPAGAMA yang ke 40”, ujar Ariez sebagai ketua ekspedisi. “Selain kegiatan panjat tebing di China, kami juga mengadakan Ekspedisi Hello Borneo Etnophotography di Kalimantan Barat pada Maret 2013 dan Ekspedisi Internasional pertama ke Nepal yang dilaksanakan Mei 2013”. Ekspedisi ke China merupakan lanjutan dari ekspedisi pertama yaitu penjelajahan gunung dan sungai di Nepal. Pertimbangan kelompok dalam menentukan lokasi didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai yaitu harga terjangkau dengan kepuasan maksimal. Tujuan mereka selain menjadi orang Indonesia pertama yang memanjat disana juga bertujuan untuk membentuk jalur pendakian tebing yang murah. 
Dalam mempersiapkan ekspedisi ini, mereka melakukan seleksi dalam menentukan orang-orang yang akan diikutsertakan dalam ekspedisi yang dimulai dari Februari hingga April. Setelah proses seleksi berlangsung, maka terpilihlah tiga orang pemanjat yang diikutsertakan dalam ekspedisi. Sebelum melakukan ekspedisi ini, pendaki melakukan beberapa latihan dan tryout. “Pada saat latihan, kami mencoba berbagai style dalam panjat tebing baik artificial maupun sport di tebing-tebing daerah Gunungkidul seperti Siung, dan Parangendog serta tryout dilakukan di Sulawesi tepatnya di Tebing Bambanpuang, Tinoring, dan Tontonan di Sulawesi Selatan mulai 23 September sampai 7 Oktober 2013”, kata ketua ekspedisi yang sambil memperlihatkan video dokumentasi kegiatan. Mereka memilih Sulawesi untuk dijadikan tempat tryout karena kesamaan jenis tebing yang ada dengan tebing di China.
Setelah persiapan dilakukan, tim ekspedisi berangkat ke China menggunakan pesawat dan harus beberapa kali transit. Setelah melewati perjalanan yang memakan banyak waktu dan tenaga, akhirnya tim ekspedisi berhasil sampai ke kota Ghoui Zhou tempat lokasi tebing berada. Tebing Pussa Yan merupakan tujuan pendakian terletak di daerah Taman Nasional Gate to River yang terkenal dengan lubang yang membentuk terowongan disetiap bukitnya dan sungainya yang masih terjaga.
“Tebing Pussa Yan memiliki ketinggian 180 meter dan berbentuk seperti tebing-tebing yang sering terlihat di film-film kungfu”, ujar Yayan sebagai penyedia perlengkapan dalam ekspedisi. Setelah tiba dilokasi pendakian, tim melakukan persiapan dan pemeriksaan peralatan. Pendakian ini menggunakan sistem Himalayan style yaitu melakukan pendakian yang masih melakukan kontak dengan camp pendakian karena menyesuaikan dengan kondisi tebing. Hasil dari ekspedisi ini, mereka berhasil mencapai puncak tebing dalam tiga hari, dengan total waktu pendakian selama empat hari. Hal ini terjadi akibat adanya faktor cuaca yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya pendakian. Pendakian ini berhasil membuat tujuh pitch (tempat beristirahat selama pendakian).

Kendala yang dihadapi oleh pendaki selama ekspedisi berlangsung adalah cuaca yang dingin dan berkabut, serta kendala bahasa menjadi kendala yang utama. “Cuaca sangat mempengaruhi dalam ekspedisi ini, bahkan suhu bisa dibawah 10 0 celcius sehingga membuat kami kedinginan”, ujar Ariez sambil menrangkan video dokumentasi. “Selain itu juga terjadi overhang (permukaan tebing yang menjorok keluar) membuat kami kesulitan”, tambahan dari Yayan. Pendakian yang berlangsung mulai dari 21 Oktober sampai dengan 11 November 2013 ini berhasil dilaksanakan dengan sukses dan membawa kebanggaan bagi Indonesia karena mendapat pengakuan dari pendaki lain dari Meksiko, Javier yang memuji hasil kerja tim ekspedisi.