5 Jan 2014

Muhajir, Pedagang yang Tak Kenal Lelah



Setiap orang yang hidup didunia memiliki ceritanya sendiri, begitu juga Bapak Muhajir. Dia adalah seorang pedagang kaki lima di daerah depan Gedung Pertamina DIY. Dia menjual makanan berupa bakwan kawi yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan demi bertahan hidup. Dia melakukan perjuangan hidup yang tidak semua orang bisa lakukan.
Pria kelahiran Kebumen 36 tahun yang lalu ini, merantau ke Yogyakarta untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan berdagang. Dia tidak memiliki pilihan lain dalam bekerja dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki sebagai lulusan sekolah dasar. Dia menikah dengan Sugiyem, istrinya dan dikaruniai dua putra. Anak pertama berumur 15 tahun dan anak kedua berumur 9 tahun.
Selain keterbatasan ilmu yang dimiliki, dia juga merasa kurang sesuai bekerja dirumahnya sendiri di Wonosari, yang semua kegiatan pertaniannya tergantung oleh musim sehingga sering terjadi ketidakjelasan pekerjaan jika musim kemarau tiba. Itulah yang menjadikan dasar baginya untuk merantau ke Yogyakarta dan kini tinggal di Kricak dan meninggalkan anak istri dirumah.
Hasil bersih berdagang bakwan kawi ini sehari-harinya sebesar Rp25.000,00. Untuk kehidupan sehari-harinya, memang penghasilannya tidak mencukupi sama sekali. Namun dia tetap berusaha dan bekerja demi anak istrinya dirumah. Saat dia sedang menjaga dagangannya, dia sering memandang sesuatu yang ada dijalan. Dari raut mukanya tampak seperti orang berfikir untuk mencari solusi dalam menghadapi permasalahan hidup yang dialami. Dia bekerja keras dan ikhlas dalam berdagang semata-mata ingin memberikan penghidupan kepada anak dan istri.  
Dia mulai berdagang dari tahun 1994 dan mengalami beberapa  kali bergonta-ganti barang dagangan hingga kini masih bertahan dengan berjualan bakwan kawi. Meskipun dia merantau ke Yogyakarta, dia selalu menyempatkan dirinya untuk pulang kerumahnya di Wonosari sekedar untuk memberikan hasil jerih payahnya kepada anak dan istrinya dirumah.
Dia berharap agar kehidupannya jadi lebih baik dengan terus bekerja meskipun modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima. Dia bercita-cita ingin menyekolahkan anak-anaknya sesuai kemampuan dan keinginan mereka. Semua itu dia lakukan dengan tujuan agar hidup anak-anaknya lebih baik dari kehidupannya.  
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar